Pages

Welcome Myspace Comments




Sabtu

Siklus Hidup Suatu Produk

Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya.
Ada berbagai pendapatan mengenai tahap – tahap yang ada dalam Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk. Ada yang menggolongkannya menjadi introduction, growth, maturity, decline dan termination. Sementara itu ada pula yang menyatakan bahwa keseluruhan tahap – tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) terdiri dari introduction (pioneering), rapid growth (market acceptance), slow growth (turbulance), maturity (saturation), dan decline (obsolescence). Meskipun demikian pada umumnya yang digunakan adalah penggolongan ke dalam empat tahap, yaitu introduction, growth, maturity dan decline.
Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (introduction).
pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.

2. Tahap pertumbuhan (growth).
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.

3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.

4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksiny a agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.

Strategi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle)
Bila Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) produknya. Identifikasi tahapan Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukan ciri status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum. Tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume.
Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :
1. Tahap Perkenalan (Introduction)
a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)
Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran.
c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar.
d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah.

2. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik.
b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama)
c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi yang baru.
e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising)
f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga dilapisan berikutnya.

3. Tahap Kedewasaan (Maturity)
a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru.
b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk merek yang mapan.
c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya.
d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk.
e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran.
f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.
g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain.
h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan.

4. Tahap Penurunan (Decline)
a. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang baik.
b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk
c. Mencari pasar baru
d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri dapat diatasi
e. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan.
f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat
g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.

Sistem Biaya Standar

I. Pengertian

Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.

II. Prosedur Penentuan Biaya Standar

Biaya Bahan Baku Standar, terdiri atas :

1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2. Harga satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.

Kuantitas Standar Bahan Baku dapat ditentukan dengan menggunakan :

1. Penyelidikan teknis.
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :

a) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.


Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :

1. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.
2. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

III. Biaya Tenaga Kerja Standar

Jam Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara :

1. Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari Kartu Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.
2. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk 


IV. Biaya Overhead Pabrik Standar

Tarif Overhead Standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Untuk pengendalian BOP dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif BOP standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif ini semua BOP diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan BOP tetap sebagai biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.

V. Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya Dari Biaya Standar

Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisi ini diselidiki penyebab terjadinya selisih yang merugikan.

VI. Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung
Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung :

1. Model Satu Selisih (The One-Way Model)

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.

Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih Rugi). Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus berikut ini :

St = ( HSt x KSt ) – ( HS x KS )

Diketahui :

St = Total Selisih

Hst = Harga Standar

Kst = Kuantitas Standar

HS = Harga Sesungguhnya

KS = Kuantitas Sesungguhnya


2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model)

Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi 2 macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.

Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga

SK = ( KSt – KS ) x HSt 

Perhitungan Selisih Kuantitas 

SH = ( HSt – HS ) x KS

Diketahui :

SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas

Hst = Harga Standar Kst = Kuantitas Standar

HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya


2. Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)

Selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi 3 macam selisih berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih Harga / Kuantitas.

Hubungan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan kemungkinan berikut ini :

a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.

Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Rendah ” dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Perhitungan Selisih Harga

SH = ( HSt – HS ) x KSt
Perhitungan Selisih Kuantitas

SK = ( KSt – KS ) x HSt
Perhitungan Selisih Gabungan yang merupakan Selisih Harga / Kuantitas 

SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )

Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Tinggi ” dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Perhitungan Selisih Harga

SH = ( HSt – HS ) x KS
Perhitungan Selisih Kuantitas

SK = ( KSt – KS ) x HS
Perhitungan Selisih Gabungan yang merupakan Selisih Harga / Kuantitas 
   
SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )

b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya.

Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga 

SH = ( HSt – HS ) x KS
Perhitungan Selisih Kuantitas

SK = ( KSt – KS ) x HSt

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.

Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga

SH = ( HSt – HS ) x KSt

Perhitungan Selisih Kuantitas

SK = ( KSt – KS ) x HS

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

Biaya Bahan Baku

Unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.  Bahan baku dapat di peroleh dari pembelian lokal,impor atau dari pengelolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku mengeluarkan harga beli bahan baku, biaya-biaya pembelian, pengudangan, dan biaya perolehan lain.
Sebelum di bahas unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang di beli berikut diuraikan sistem pembelian lokal bahan baku.
Dalam sisem pembelian lokal bahan baku terdiri dari berbagai macam prosedur yaitu:
1.        Prosedur permintaan pembelian bahan baku.
2.        Prosedur order pembelian
3.        Prosedur penerimaan bahan baku
4.        Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di bagian gudang
5.        Prosedur pencatatan utang yang timbul dari pembelian bahan baku

Biaya yang di perhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang di beli.

harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian)
biaya-biaya pembelian
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku            +
Harga pokok bahan baku

Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan menjadi :
1.      Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan haga pokok bahan baku yang dibeli.
2.      Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka diperlakukan sebagai unsur biaya Overhead Pabrik.

A.     Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan haga pokok bahan baku yang dibeli.
1.      Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
2.      Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
3.      Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang di tentukan dimuka.
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya angkutan atas dasar tariff dan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :
(a).  Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang di beli atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sb :
 persediaan bahan baku                                                                 xx
(tarif biaya angkutan x dasar pembebanan)
          Biaya angkutan                                                                                       xx
(b).  Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan adalah sebagai berikut :
Biaya angkutan                                                                               xx
          Kas                                                                                                          xx
(c). Apabila pada akhir periode terdapat selisih biaya angkutan yang di bebankan, yang jumlahnya material, maka selisih tersebut dibagikan ke rekening persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan dengan jurnal sbb:
Persediaan bahan baku                                                                                xx
persediaan bahan dalam proses                                                                   xx
persediaan produk jadi                                                                                 xx
harga pokok penjualan                                                                                 xx
          biaya angkutan                                                                                   
            xx

Biaya Unit Organisasi Yang Terkait Dalam Perolehan Bahan Baku
Jika biaya pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif, maka perhitungan tarif biaya pembelian dilakukan sebagai berikut :
1.        Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku tersebut diperkirakan selama satu tahun anggaran.
2.        Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dan ditaksir berapa jumlahnya dalam tahun anggaran.
3.        Ditentukan tarif pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dengan cara membagi baiaya tiap bagian dengan dasar pembebanan.
Jurnal pembebanan biaya pembelian kepada harga pokok bahan baku atas dasar tarif adalah sebagai berikut :
Persediaan                                                                                          xx
            Biaya bagian pembelian yang dibebankan                                                     xx
            Biaya bagian penerimaan yang dibebankan                                                  xx
            Biaya bagian gudang yang dibebankan                                                         xx
            Biaya bagian akuntansi persediaan yang dibebankan                                              xx



dasar pembebanan biaya pembelian tiap bagian yang terkait dalam pengadaan bahan baku.
Bagian             Dasar Pembebanan                               Tarif Pembebanan Biaya Pembeliaan
Pembelian      Jumlah Frekuensi Pembelian Atau        Tarif Per Transaksi Pembelian Atau
                       Volume Pembelian                                 Tarif Setiap Jumlah Harga Faktur Pembelian
Penerimaan    Jumlah Macam Bahan Yang Diterima  Tarif Per Macam Bahan Yang Diterima
Gudang          Jumlah Macam Bahan,                          Tarif Per Macam Bahan; Permeter
                       Kuantitas, Atau Nilai Rupiah             
   Kubik Atau Pernilai Rupiah Bahan Baku
                                                                                     
 Yang Disimpan Digudang
Akuntansi      Jumlah Frekuensi Pembelian                 Tarif Per Transaksi Pembelian.
Persediaan

Unsur Biaya Yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku Yang Di Impor
            Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi tanggungan pembeli. Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga :
-          Free alongside ship (FAS)
-          Free on board (FOB)
-          Cost and freight (C & F) : pembeli hanya menanggung biaya-biaya untuk mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut di terima di gudang pembeli
-          Cost , insurance, and freight (C.I&F) : biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya sudah di perhitungkan oleh penjual dalam harga barang

Harga pokok bahan baku yang di impor terdiri dari :
Harga FOB                                                                                           Rp xx
            Angkutan laut (ocean freight)                                                                     xx 
            Harga C & F                                                                                         Rp xx
            Biaya asuransi (marine insurance)                                                             xx  
            Harga C.I & F                                                                                                 Rp xx
            biaya-biaya bank                                                                                       xx
            bea masuk & biaya pabean lainnya                                                           xx
            pajak penjualan impor                                                                                           xx
            biaya gudang                                                                                             xx
            biaya expedisi muatan kapal laut (E.M.K.L)                                             xx
            biaya transport lokal                                                                                  xx 
            harga pokok bahan baku                                                                     Rp xx
 

METODE PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU
Terdapat dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method).
Dalam metode mutasi persediaan (perpetual), setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan, sedangkan dalam metode fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat dan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Metode persediaan fisik sangat cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku perusahaan yang harga pokok produksinya  dikumpulkan dengan metode harga pokok proses , sedangkan metode persediaan digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksi nya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.

1.         Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)
Setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang ada di gudang harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga bahan tersebut. Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, namun sering kali tidak praktis.
2.         Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Ø  Dalam metode ini, penentuan biaya bahan baku beranggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Yang jadi perhatian adalah anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

3.    Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Ø  Dalam metode LIFO ini, penentuan harga pokok yang dipakai dalam produksi beranggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok atas bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

4.    Metode Rata – Rata Bergerak (Moving Average Method)
Ø  Persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata – rata nya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembeliaan yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata – rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata – rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata – rata per satuan bahan baku yang ada di gudang.

5.    Metode Biaya Standar
Ø  Bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard price), yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi pada masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Jurnal yang dibuat saat pembelian bahan baku sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku                     xxx
            Selisih Harga                                                  xxx

Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar
                                    Selisih Harga                                      xxx
                                                Utang Dagang                                     xxx
Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening Selisih Harga. Setiap akhir bulan saldo rekening Selisih Harga dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam laporan keuangan bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening Selisih Harga setiap akhir bulan mungkin saling mengkompensasi, sehingga pada akhir tahun saldo rekening Selisih harga perlu ditutup ke rekening lain. Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya.
6.         Metode Rata – Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan\
Ø  Dalam metode ini, pada akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata – rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok per satuan ini kemudian akan digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi di bulan selanjutnya.

     I.     Masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku
1.        SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)
Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakuakan sebagai :
  1. Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut.
  2. Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
  3. Penghasilan di luar usaha (other income)


Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya Bahan
Baku yang Dipakai Dalam Pesanan yang Menghasilkan Sisa bahan Tersebut.
            Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :
            Kas/piutang dagang                                                    xxx
                        Barang Dalam proses-biaya bahan baku                   xxx
Hasil penjualan sisa bahan ini juga dicatat dalam kartu pokok pesanan yang bersangkutan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya bahan baku pesanan tersebut.

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurang Terhadap Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi. Jika sisa bahan tidak dapat diidentifikasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang bisa terjadi dalam proses pengerjaan produk, maka hasil penjualanya dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :
            Kas/Piutang Dagang                                                   xxx
                        Biaya Overhead pabrik sesungguhnya                                   xxx
Hasil Penjualan Sisa bahan Diperlakukan Sebagai Penghasilan Diluar Usaha (Other Income). Dalam dua perlakauan terhadap sisa bahan tersebut diatas, hasil penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil penjualan sisa bahan dapat pula diperlakuakan sebagai penghasilan diluar usaha dan tidak sebagai pengurang biaya produksi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :
            Kas/Piutang Dagang                                                   xxx
                        Hasil Penjualan Sisa bahan                                        xxx
Hasil penjualan sisa bahan disajikan dalam laporan rugi laba dalam kelompok penghasilan Di Luar Usaha (Other Income).

2.        PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhedpabrik.
            Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya.
  1. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan.
  2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhed pabrik. Oleh karena itu, anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik terdiri dari elemen-elemen berikut ini:
Biaya bahan penolong                                                     xxx
Biaya tenaga kerja tak langsung                                     xxx
Biaya reparasi dan pemeliharaan                                    xxx
Biaya asuransi                                                                 xxx
Biaya Overhead pabrik lain                                              xxx
Rugi produk rusak (hasil penjualan – hpp rusak)            xxx
Biaya overhead pabrik yang dibebankan                         xxx
Dan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus berikut ini :
                                                                        BOP yang dianggarkan
            Tarif biaya overhead pabrik = ­­­­­­­                                              
                                                                            Dasar pembebanan
Jika terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening BOP Sesungguhnya,

3.        PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomi dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.
Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (works cost) produk tersebut. Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak (spoiled goods).
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk, maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut ke dalam tarif biaya overhead pabrik. Biaya pengerjaaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.






Komentar

My Visitors

free counters