Pages

Welcome Myspace Comments




Senin

Tugas Proposal Skripsi "Faktor Kualitas Audit, dan Pengalaman Auditor dalam Menilai Kasus Kecurangan"



PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang kompleks membuat kemajuan dibidang ekonomi diiringi dengan munculnya kecurangan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Hal tersebut menuntut para auditor khususnya harus dapat memahami kecurangan tersebut. Kecurangan tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu oleh orang- orang baik di dalam maupun diluar organisasi dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dan secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Seorang auditor dalam menilai suatu kecurangan tergantung pada pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman memiliki faktor penting dalam penilaian kecurangan, dalam hal ini adalah kualitas auditnya. Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum yang merupakan konsekuensi dari kegagalan audit. Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah lama mengusut kasus kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan dilakukan.
Kualitas audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi kualitas audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Hasil pekerjaan auditor dipengarugi Akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki auditor. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan obyekivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan jujur, tegas, sehingga dapat bertindak independen tanpa tekanan atau permintaan pihak tertentu.
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor Kualitas Audit, dan Pengalaman Auditor dalam Menilai Kasus Kecurangan

1.2.       Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
                         i.          Bagaimana menilai kasus kecurangan oleh auditor meliputi faktor kualitas audit, dan pengalaman auditor?
                       ii.          Bagaimana penyelesaian kasus kecurangan oleh auditor meliputi faktor kualitas audit, dan pengalaman auditor?

1.3.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
                         i.          Untuk mengetahui penilaian kasus kecurangan oleh auditor meliputi faktor kualitas audit, dan pengalaman auditor?
                       ii.          Untuk mengetahui penyelesaian kasus kecurangan oleh auditor meliputi faktor kualitas audit, dan pengalaman auditor?

1.4.       Manfaat Penelitian
·      Manfaat Akademis
a.    Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya
b.    Menambah pengetahuan mahasiswa tentang kualitas audit serta pengalaman auditor untuk menilai suatu kecurangan

·      Manfaat Praktis
a.    Pengambilan keputusan dari faktor apa saja yang harus dipertimbangkan untuk  memilih seorang auditor dalam menilai kasus kecurangan.

1.5.       Sistematika Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini maka terlebih dahulu penulis mengeluarkan pokok pikiran yang merupakan isi dari penulisan dalam lima bab. Sistematika penulisan didalam garis besar kelima bab tersebut adalah sebagai berikut :
·         BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.
·         BAB II LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang digunakan untuk membahas masalah yang diangkat dalam penelitian ini yang terdiri dari teori yang berkaitan dengan penelitian dan penelitian sebelumnya.
·         BAB III METODELOGI PENELITIAN
Menguraikan metode penelitian yang mencakup pembahasan tentang ruang lingkup dan batasan penelitian serta perumusan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
·         BAB IV PEMBAHASAN
Menjelaskan dan menganalisis hasil penelitian.
·         BAB V PENUTUP
Merupakan penutup dari penulisan penelitian yang mengemukakan kesimpulan, yaitu hasil-hasil yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian dengan dasar kesimpulan tersebut, akan dikemukakan saran-saran untuk penelitian lanjutan.
·         DAFTAR PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Kerangka Teoritis
Kualitas Audit
Definisi mengenai kualitas audit tidak ada yang pasti, hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusunan kualitas audit dan sering terjadi konflik peran antar pengguna laporan audit. Kualitas audit biasanya ditinjau dari pihak auditor (Sutton, 1993). Kualitas pelaksanaan audit selalu mengacu pada standar yang ditetapkan, yang meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI, 2001: 001.02).
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Probabilitas penemuan penyelewengan bergantung pada kemampuan teknis auditor (seperti pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan). Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien bergantung pada independensi auditor.
Fearnley dan Page (1994: 7) dalam Hussey dan Lan (2001) mengatakan bahwa sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor bersikap independen dan dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara prinsipal (pemegang saham dan kreditor) dan agen (manajer). Sedangkan menurut Christiawan (2002), seorang akuntan publik yang independen adalah akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak siapapun, dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lain pemakai laporan keuangan yang mempercayai hasil pekerjaanya.
Pengalaman Audit
Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006: 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikutinya.
Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.
Secara teknis, semakin banyak tugas yang dia kerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya (Aji, 2009: 5). Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang jika melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati- hati menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Herliyansyah dan Ilyas (2006) yang mengatakan bahwa penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik.
Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak, karena pengalaman seseorang akan merasakan posisinya saat dia dalam keadaan baik dan saat dia dalam keadaan buruk. Seseorang akan semakin berhati- hati dalam bertindak ketika ia merasakan fatalnya melakukan kesalahan. Dia akan merasa senang ketika berhasil menemukan pemecahan masalah dan akan melakukan hal serupa ketika terjadi permasalahan yang sama. Dia akan puas ketika memenangkan argumentasi dan akan merasa bangga ketika memperoleh imbalan hasil pekerjaannya (Bonner dan Lewis, 1990; Farhan, 2004 dalam Noviari dkk., 2005).
Pendektesian Fraud
Association of Certified Fraud Examination (ACFE) telah mengkategorikan fraud ke dalam tiga kelompok dan tindakan pendektesian fraud berdasarkan tiga kelompok kecurangan tersebut adalah :
1)   Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analiss laporan sebagai berikut :
a)    analisis Vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi neraca, laporan arus kas dengan menggambarkan dalam presentase. Sebagai contoh di dalam suatu laporan tentang kenaikan hutang atau penurunan hutang.
b)   Analisis Rasio, Yaitu untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan. Contohnya current ratio, adanya tindak pidana penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunya perhitungan rasio tersebut.
c)    Analisis Horizontal, Yaitu teknik untuk menganalisis presentase-presentase perubahan item-item laporan keuanagn selama beberapa periode laporan.
2)   Aset Misappropriation (Penyalahan asset)
Teknik untuk mendetaksi kecurangan-kecurangan ketegori ini sangat banyak variasinya. Pemehaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.
Metode tersebut menunjukan ada tidaknya kecurangan, beberapa teknik untuk mendeteksi adanya penyalahgunaan asset antara lain :
a)    Analytical review.
b)   Statistical Sampling.
c)    Vendor atau outsider complaints.
d)   Site-visit Observation.
e)    Corruption (Korupsi)
Sebagai besar kecurangan ini dapat deteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Pendektesian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik (red flag) si penerimamaupun si pemberi.
METODE PENELITIAN
3.1         Populasi dan Sampel
Dilihat dari karakteristik masalahnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor dari tingkatan partner, manajer, senior, dan junior yang bekerja di KAP yang ada di Indonesia. Metode penetapan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana yang memberikan kesempatan yang sama dan tak terbatas pada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel

3.2         Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 154), teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menyatakan pendapatnya terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Kuisioner dikirimkan kepada para auditor di KAP dengan menggunakan e-mail (electronic mail) dan melalui jasa pos (post mail). Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang jawabannya dinyatakan dengan menggunakan skala Likert.

3.3         Variabel Penelitian
Pengalaman
Pengalaman adalah keterampilan dan pengetahuan yang di peroleh seseorang setelah mengerjakan sesuatu hal. Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, seperti yang digunakan oleh Aji (2009) serta ditambah dengan satu indikator yang juga dapat memproksikan pengalaman seorang auditor yaitu banyaknya pelatihan yang telah diikutinya, yang diambil dari aspek-aspek kompetensi yang dikembangkan Mansur (2007) yang telah direplikasi oleh Rahman (2009).

Kualitas Audit
Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek kualitas audit berdasarkan Financial Reporting Council (2006: 16) yaitu: budaya dalam KAP; keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan manfaat laporan audit. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang telah dikembangkan oleh Mansur (2007).

DAFTAR PUSTAKA

Asih, D. A. T.. (2006). “Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Pamudji, Sugeng. (2009). “PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN AUDITOR BARUSERTA PENGALAMAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KLIEN”. Jurnal Volume 13 No 2. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Rahman, A. T. (2009). “Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Tirta, Rio, Mahfud Sholihin. (2004). “The Effects of Experience and Task- Spesific Knowledge on Auditors Performance in Assessing a Fraud Case”. Jurnal Volume 8 No 1, Juni 2004. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Umar, H. (2005). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

0 komentar:






Komentar

My Visitors

free counters