Pages

Welcome Myspace Comments




Senin

Hakikat Sumber Daya Manusia


HAKIKAT SUMBER DAYA MANUSIA

I.     Pentingnya Hubungan Kemanusiaan
       Jika kebutuhan manusia bertemu dengan kebutuhan organisasi maka akan terjadi perselisihan (konflik). Kegiatan-kegiatan manajerial dalam hubungan ini disebut ”hubungan kemanusiaan”. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kokoh yang mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama.

         Karena itu semua, Manajer akan memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam disiplin-disiplin pokok seperti psikolog, sosiologi, antarpologi, dan etologi dalam mencoba memahami dan mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan.

         Dengan demikian, manajer akan menimbulkan empat kekuatan utama yang menunjukkan hubungan antara manusia, yaitu :
ü  Kemungkinan untuk meningkatkan produktifitas dan efektifitas
ü  Campur tangan pemerintah
ü  Campur tangan serikat buruh
ü  Kode etik perorangan

II.     Hakekat Kebutuhan Manusia
            Pengamatan perilaku seseorang pemahamannya, dan usaha untuk mempengaruhinya untuk suatu tujuan tertentu merupakan tiga hal yang berbeda. Untuk mengerti dan mempengaruhi perilaku manusia kita perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan-kebutuhannya. Kepribadian manusia tersusun dari banyak unsur yang berhubungan sehingga menghasilkan suatu tingkat keseimbangan tertentu menjadi nyata.
            Kebutuhan manusia dibedakan menjadi 3, yaitu :
a.    Fisiologis
Seringkali disebut kebutuhan primer. Timbul dari upaya untuk mempertaankan hidup (contoh : makanan, minuman, udara, istirahat, seks, tempat berteduh, dan yang semacam itu). Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang fundamental ini, orang harus diyakinkan bahwa kebutuhan itu akan terus dipenuhi.

b.    Sosial
Biasa disebut kebutuhan sekunder, karena kebutuhan itu lebih samar dan tak teraba. Setiap orang berbeda intensitas kebutuhannya. Dalam kebutuhan ”sosial” ini, terdapat kebutuhan-kebutuhan :
ü  Hubungan fisik dan pergaulan (asosiasi)
ü  Cinta dan kasih sayang
ü  Rasa diterima
Hubungan fisik dalam manusia tidaklah cukup, tapi memerlukan rasa “cinta dan kasih sayang” untuk menjalani setiap hubungan dengan manusia yang lain. Selain itu manusia juga memerlukan perasaan “diterima”, terutama di lingkungan yang sering dijumpai. Misalnya sekolah, keluarga, teman sebaya dan lain-lain.

Kebutuhan akan sikap masyarakat yang menerima dan menyetujui kepribadian seseorang juga tercermin dalam faktor-faktor seperti gaya, model, mode, tradisi, adat istiadat dan kode etik.

c.Egoistik
Kebutuhan egoistik berasal dari kebutuhan untuk memandang ego atau diri sendiri dalam suatu cara tertentu. Diantara kebutuhan-kebutuhan egoistik yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
ü  Penghargaan
ü  Kekuasaan
ü  Kebebasan
ü  Prestasi

   Beberapa kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan cara apa pun oleh seseorang, ketegangan-ketegangan tidak berkurang, dan hasilnya disebut ”frustasi”. Frustasi sering dikenali dari jenis-jenis sifat dan perilaku tertentu, yaitu agresi, regresi, fiksasi, dan pengunduran diri.

   Agresi terjadi jika orang itu sedang mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang tidak bisa diselesaikannya. Regresi adalah suatu jenis perilaku yang terlihat jika orang itu kembali kepada tindakan-tindakan yang tidak dewasa, seperti mengeluh, merengek-rengek agar mendapat bantuan untuk mengurangi frustasinya, tetapi perilaku ini dapat merugikan teman-temannya. Fiksasi adalah suatu usaha untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan cara yang telah terbukti tidak bermanfaat. Pengunduran diri adalah menyangkut penyerahan total.

III.     Kebutuhan Untuk Mengerti ”Mengapa”
Semua manajer perlu memahami perilaku para bawahan mereka agar dapat memberikan dasar bagi disipliner. Walaupun sangat rumit, namun barangkali satu generalisasi yang paling berguna adalah dengan mengakui bahwa semua perilaku mempunyai dasar.
Dalam penelitian yang berhubungan dengan teori atribusi (attribution theory), temuan-temuan seperti berikut :

1.     Makin besar empati seorang manajer pada bawahan, makin cenderung manajer tersebut menyalahkan keadaan, jika hasil yang tidak diinginkan diperoleh.
2.     Makin tidak tepat tindakan bawahan, makin cenderung manajer menyalahkan pelakunya (bawahan).
3.     Manajer seringkali mengambil gampangnya saja. Dibanding capek-capek menyelidiki sebuah situasi, anggap saja itu tanggung jawab bawahan.
4.     Jika tindakan-tindakan bawahan menghasilkan keberhasilan, para manajer akan cenderung untuk mendapatkan penghargaan sebagai suatu pengaruh penting dalam situasi itu.
5.     Makin serius kegagalan itu, makin besar tanggung jawab itu dihubungkan dengan bawahan.
6.     Tindakan-tindakan yang berhasil oleh para bawahan yang disenangi oleh manajer pada umunya duhubungkan dengan bawahan.
7.     Para manajer cenderung menggunakan perilaku mereka sendiri sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perilaku bawahan itu normal atau tidak.




IV.     Model-model Manusia (Ahli Psikologi)
”Ceritakan kepada saya pandangan utama anda tentang manusia, dan saya akan menceritakan kepada anda bagaimana anda akan mengelolanya”.
Pernyataan itu mengimplikasikan bahwa para manajer benar-benar mengembangkan dan menggunakannya ”model dasar manusia” dalam pendekatan umum mereka terhadap bawahan. Hal itu juga mengimplikasikan bahwa ada banyak model manusia, bukan hanya satu yang diterima oleh semua orang.

a.   Maslow
Hal yang diutarakan oleh Abraham Maslow adalah model manusia yang paling luas diterima. Dia menyarankan, urutan prioritas kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut :
ü  Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
ü  Keamanan dan keterjaminan
ü  Cinta
ü  Penghargaan (esteem)
ü  Perwujudan diri
ü  Transedensi diri
Hirarki kebutuhan Maslow itu walaupun diplubikasikan dan diterima secara luas oleh para ahli teori dan juga praktisi, pada dasarnya adalah suatu konsepsi teoritis yang berasal dari percobaan untuk memadukan banyak penelitian psikologis.

b.    Gregor
Ahli-ahli filsafat telah lama terpesona dan bingung sehubungan dengan kontradiksi dan hakikat rangkap dalam diri manusia. Manusia jelas bisa bersikap lembut, simpati, dan cinta, tetapi sekaligus bisa memiliki kecenderungan untuk bersikap kejam, tidak berperasaan, benci dan agresi yang jahat.
Teori ”X” :
1.     Rata-rata manusia tidak menyukai kerja dan akan menghindarinya jika mungkin
2.     Karena sifat manusia yang tidak menyukai kerja, sebagian besar orang harus dipaksa, dikendalikan, diarahkan, dan diancam dengan hukuman
3.     Rata-rata manusia lebih senang dipimpin, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi yang relatif kecil dan menginginkan keamanan di atas segalanya.
Teori ”Y” :
1.     Bekerja, bermain, atau beristirahat sama-sama menuntut pengerahan tenaga fisik dan mental. Karena itu wajar apabila pekerjaan mendapat porsi lebih penting.
2.     Orang akan melakukan pengerahan diri dan pengendalian diri dalam tugas untuk mencapai sasaran yang menjadi keikatan mereka.
3.     Keikatan kepada sasaran adalah suatu fungsi dari ganjaran yang dihubungkan dengan prestasi.
4.     Rata-rata manusia belajar dalam kondisi yang tepat, tidak hanya untuk menerima tetapi juga tanggung jawab.
5.     Kemampuan menggunakan tingkat imajinasi, kecerdikan, dan kreatifitas yang relatif tinggi dalam pemecahan masalah-masalah organisasi tersebar luas di antara semua penduduk.
6.     Dalam kondisi kehidupan industri modern, potensi-potensi intelektual dari rata-rata umat manusia itu hanya sebagian yang digunakan.
Jika kita menerima model manusia menurut McGregor, maka praktek-praktek manajerial seperti yang berikut akan dipertimbangkan secara serius :
1.     Peniadaan jam pencatat kehairan pegawai
2.     Waktu luwes (flexi time)
3.     Pemerkayaan pekerjaan (job enrichment)
4.     Manajemen berdasarkan sasaran dimana para bawahan menentukan sasaran dan menilai penyelesaian mereka sendiri.
5.     Pengambilan keputusan yuang partisipatif dan demokratis sehubungan dengan lingkungan umum organisasi.
Semuanya didasarkan pada konsep-konsep kemampuan yang tersebar luas dalam populasi dan kepercayaan terhadap setiap orang untuk perilaku dengan cara bertanggung jawab.

c.    Agyris
Agyris mengusulkan beberapa dimensi kedewasaan di mana orang akan berkembang untuk mencapai kesehatan mental yang baik. Pada awal rangkaian ini, yaitu pada saat proses pendewasaan baru dimulai ada tujuh sifat, yakni :
1.     Pasif
2.     Tergantung
3.     Tidak sadar diri
4.     Bersifat lebih rendah
5.     Mempunyai perspektif waktu yang pendek
6.     Mempunyai berperilaku hanya dalam beberapa cara
Dipihak lain gerak menuju kedewasaan akan menimbulkan perilaku yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan, kebeasan, kesadaran akan dan pengendalian atas diri sendiri, cita-cita untuk menduduki posisi yang sama atau lebih tinggi, perspektif jangka panjang, pengembangan minat yang lebih dalam, dan kemampuan untuk berperilaku dalam banyak cara untuk memuaskan kebutuhan.

d.    Herzberg
Hezberg mengusulkan bahwa manusia itu mempunyai dua kebutuhan dasar, yaitu :
1.     Kebutuhan untuk menghindari rasa sakit
2.     Kebutuhan untuk tetap hidup serba kebutuhan untuk tumbuh, berkembang, dan belajar.
Karena analisi atas kepuasan kerja karyawan akan menghasilkan pembentukan dua rangkaian kesatuan (continuum) yang terpisah, buka satu kepuasan/ketidakpuasan yang tradisional.
Yang pertama adalah berkisar ketidakpuasan sampai tidak adanya ketidakpuasan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan di mana karyawan mempunyai pengaruh yang terbatas. Dan yang kedua disebut sebagai motivator, membentuk suatu rangkaiankesatuan yang mulai bergerak dari tidak adanya kepuasan kerja sampai kepada kepuasan.
Teori Herzberg mirip dengan hirarki maslow jika faktor-faktor higienis kita hubungkan dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis, keamanan, dan sosial yang mempunyai prioritas yang lebih tinggi, sementara motivator kita padankan dengan kebutuhan akan penghargaan, ego, dan perwujudan diri. Hirarki Maslow mengusulkan suatu suatu rangkaian kesatuan, bukan rangkaian kebutuhan yang diraakan yang terputus-putus, sementara teori Herzberg tidak akan memerlukan faktor higienis untuk disediakan sebagai suatu prasyarat bagi kepuasan kerja. Ada kesepakatan yang tersebar luas bahwa kepuasan akan menjadi lebih tinggi jika faktor-fkator motivasional dan higienis sama-sama ditangani dengan baik. Juga ada bukti bahwa jika kedua-duanya cukup dipenuhi dengan baik oleh organisasi, motivator akan merupakan sumber kepuasan yang lebih kuat.

V.     Model-model Manusia (Ahli Etologi)
Semua model dari keempat ahli psikologi organisasi di atas mempunyai satu persamaan : kemampuan manusia yang tidak terbatas untuk belajar, tumbuh dan berprestasi. Itu merupakan suatu model manusia yang sangat menarik bagi ego manusia.

a.    Adrey
Menurut tesis Ardrey mengatakan bahwa manusia dengan banyak binatang sama-sama memiliki suatu perilaku yang dibawa sejak lahir yang membimbing mereka untuk membentuk suatu daerah atau lingkungan yang menjadi milik mereka dan akan mempertahankannya terhadap para penyerang.
Dari bertahan, mereka mengembangkan agresi yang lunak, yaitu tindakan-tindakan agresif terhadap para pendatang yang dapat menyesuaikan diri secara biologis secara turun-temurun.
Pada binatang dan instektisida yang lebih rendah, pola-pola perilaku yang dibawa lahir ini yang diwariskan secara genetis pada umunya disebut sebagai “instink”. Instink dapat bervariasi mulai dari program perilaku yang sepenuhnya tertutup, seperti dalam hal semut dan lebah, sampai kepada program perilaku yang cukup terbuka yang memerlukancukup banyak belajar sesudah lahir.

b.    Ashley M
Ashley Montagu berpendapat bahwa “ bukan hakikat manusia, tetapi lingkunganlah yang menyebabkan agresi manusia”. Para pelopor etologi, telah mengusulkan lima kemungkinan instink manusia yang diteruskan secara genetis :
1.     Reproduksi
2.     Rasa lapar
3.     Takut
4.     Agresi
5.     Kerapian

c.    Kefalas & Suojanen
Kefalas & Suojanen menyarankan ini diingat dalam ”5F”, yaitu :
1.     Reproduksi (flirting)
2.     Pemberian makanan (feeding)
3.     Lari (flight)
4.     Perkelahian (fighting)
5.     Perasaan (feeling)

VI.     Manusia dan Budaya

Perbedaan Budaya Mempengaruhi Sifat Manusia
Seperti yang ditekankan dalam semua model manusia yang terdahulu, perilaku manusia itu juga sangat dipengaruhi oleh budaya yang meliputi kehidupan mereka. Kebudayaan tersusun dari unsur-unsur kehidupan yang diciptakan manusia oleh manusia (adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, norma-norma, dan hukum). Kebudayaan sebagian timbul dari kebutuhan akan keamanan karena kebudayaan merupakan perilaku yang dibakukan dan dijadikan kebiasaan yang berubah dengan lambat dan mempunyai stabilitas yang besar. Berbagai jenis perilaku yang mungkin mengejar pemuasan kebutuhan itu dibatasi oleh budaya masyarakat.
Sehubungan dengan praktek-praktek manajerial, ada yang berpendapat bahwa, jika dibandingkan dengan cara amerika, cara jepang lebih sesuai untuk organisasi-organisasi besar, penuh sesak, dan rumit (kompleks). Nilai-nilai individulaitas dan kepuasan diri (self-suffiency) dari budaya amerika seringkali menimbulkan persaingan di dalam prgasnisasi. Praktek-praktek manajemen jepang menekankan suatu proses pengambilan keputusan yang kooperatif “dari bawah ke atas” sebagi suatu cara pokok manajemen.
Manajer jepang adalah fasilitator, komunikator, dan peserta dalam proses-proses keputusan kelompok. Orang-orang amerika cenderung bersikap bebas, berwiraswasta, bersaing, tegas, dan berorientasi pada tindakan.
Jelaslah kedua-duanya akan mengalami perubahan secara perlahan, sebagai jawaban atas perubahan lingkungan.
Barangkali salah satu spek yang paling umu dibicarakan dari berbagai budaya internasional adalah sikap dalam menggunakan waktu. Sebgian orang besar ameika sangat menghargai waktu, terbukti dari banyaknya jam yang teliti yang tersedia dan digunakan secara luas, ketepatan jadwal waktu pengangkutan, dan kebutuhan yang mendesak untuk menepati janji sesuai dengan jadwal.

0 komentar:






Komentar

My Visitors

free counters