Pages

Welcome Myspace Comments




Sabtu

Metode Pencatatan Biaya Bahan Baku

Terdapat dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method).
Dalam metode mutasi persediaan (perpetual), setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan, sedangkan dalam metode fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat dan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Metode persediaan fisik sangat cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses , sedangkan metode persediaan digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksi nya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.

1.         Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)
Ø  Setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang ada di gudang harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga bahan tersebut.
Kesulitan yang timbul adalah terletak pada penyimpanan bahan baku di gudang. Meskipun jenis bahan baku sama, namun jika harga pokok per satuan berbeda, bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah, agar mudah dalam identifikasinya. Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, namun sering kali tidak praktis.

2.         Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Ø  Dalam metode ini, penentuan biaya bahan baku beranggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Yang jadi perhatian adalah anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

Ø  Contoh
Persediaan bahan baku A tanggal 1 janiaru 19x3 terdiri dari:
600kg @ Rp.2.400 = Rp.1.440.000
400kg @ Rp.2.500 = Rp.1.000.000
Transaksi pembelian dan pemakaian disajikan sebagai berikut


3.    Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Ø  Dalam metode LIFO ini, penentuan harga pokok yang dipakai dalam produksi beranggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok atas bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

4.    Metode Rata – Rata Bergerak (Moving Average Method)
Ø  Persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata – rata nya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembeliaan yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata – rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata – rata per satuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata – rata per satuan bahan baku yang ada di gudang.

5.    Metode Biaya Standar
Ø  Bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard price), yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi pada masa yang akan datang. Harga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Jurnal yang dibuat saat pembelian bahan baku sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku                      xxx
            Selisih Harga                                                   xxx

Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar
                                    Selisih Harga                                       xxx
                                                Utang Dagang                                     xxx
                       
Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening Selisih Harga. Setiap akhir bulan saldo rekening Selisih Harga dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam laporan keuangan bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening Selisih Harga setiap akhir bulan mungkin saling mengkompensasi, sehingga pada akhir tahun saldo rekening Selisih harga perlu ditutup ke rekening lain. Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya.
6.         Metode Rata – Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan\
Ø  Dalam metode ini, pada akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata – rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok per satuan ini kemudian akan digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi di bulan selanjutnya.

Rekonsiliasi Bank


Pengendalian intern kas yang baik akan dapat memberi informasi mengenai sumber kas perusahaan, dikeluarkan untuk apa dan berapa saldo kas setiap saat dapat diketahui. Oleh karena itu, akuntan harus dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya perbedaa antara catatan perusahaan dengan laporan bank ( rekening koran ), dan menentukan jumlah saldo rekening giro yang sesungguhnya setiap bulannya. Proses ini disebut rekonsiliasi bank.

Beberapa penyebab perbedaan antara saldo menurut pembukuan dengan saldo menurut rekening koran bank yaitu :

1. Bank belum mencatat transaksi tertentu

a. Setoran dalam perjalanan
Perusahaan telah mencatat setoran ke bank tetapi bank belum mencatatnya. Contoh : setoran pada akhir bulan, biasanya bank akan membukukan pada bulan berikutnya.

b. Cek dalam perjalanan (cek masih beredar)
Cek yang ditarik dan telah dibukukan perusahaan tetapi bank belum mencatatnya, biasanya terjadi karena sampai akhir bulan yang menerima cek belum mencairkan cek tersebut.

2. Perusahaan belum mencatat transaksi tertentu

a. Penerimaan kas melalui bank
Bank kadang-kadang melakukan penerimaan kas untuk dibukukan ke dalam rekening giro perusahaan, misalnya konsumen langsung membayar ke bank.

b. Biaya administrasi bank
Bank biasanya membebankan sejumlah biaya untuk menangani transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemegang giro, biaya ini baru diketahui setelah ada laporan dari bank yang berupa rekening koran

c. Pendapatan bunga atau jasa giro
Jumlah bunga yang menjadi pendapatan perusahaan biasanya baru diketahui setelah perusahaan menerima laporan bank.

d. Cek kosong
Perusahaan yang sering menerima pembayaran dari konsumen dalam bentuk cek yang diperlakukan sama dengan uang tunai. Cek tersebut kemudian disetorkan ke bank. Perusahaan baru tahu kalau cek tersebut kosong setelah menerima laporan dari bank.
Cek kosong adalah cek yang tidak cukup dananya ( jumlah rupiah dalam cek lebih besar daripada saldo giro kensumen )

e. Cek dikembalikan ke penyetor karena alasan lain ( bukan cek kosong )
Bank kadang-kadang mengembalikan cek kepada penyetor karena alasan-alasan berikut :
- Rekening penarik cek telah ditutup
- Cek telah kadaluwarsa, cek kadang hanya dapat diuangkan dalam jangka waktu tertentu, apabila selama jangka waktu tersebut tidak diuangkan maka cek menjadi tidak berlaku lagi.
- Tanda tangan yang tercantum pada cek tidak sah
- Kesalahan dalam penulisan cek
Pencatatan akuntansi untuk kasus ini sama dengan cek kosong.

3. Bank atau perusahaan telah melakukan kesalahan pencatatan
Contoh, bank mungkin salah mengurangi saldo giro perusahaan untuk giro yang ditarik bukan oleh perusahaan tersebut, mungkin karena nama perusahaannya hampir sama. Bisa juga bank atau perusahaan salah dalam mencatat jumlah rupiah yang disetorkan ke bank.

 Istilah-istilah dalam rekonsiliasi bank :
  • Deposito dalam perjalanan (deposit in transit)
            Penyetoran perusahaan ke bank, yang belum dicatat dalam rekening koran bank
  • Inkaso
            Penagihan piutang dengan menggunakan jasa bank
  • Outstanding check

            Cek yang telah dikeluarkan oleh perusahaanuntuk melakukan pembayaran, tetapi
            belum dicairkan oleh pemegangnya.
  • Non sufficient Fund check

          Cek yang diterima oleh perusahaan yang harus dibatalkan, karena tidak didukung    oleh    
          dana yang cukup (cek kosong)
  • Debit memo

            segala bentuk pembebanan oleh bank terkait dengan layanan yang telah diberikan
            oleh pihak bank.
  • Credit memo
            segala bentuk penambahan nilai deposito yang bukan disebabkan penyetoran oleh
            nasabah atau sejenisnya.

TEKNIK PENYUSUNAN LAPORAN REKONSILIASI BANK.

Rekonsiliasi bank dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Rekonsiliasi bank terhadap saldo akhir saja
2. Rekonsiliasi bank terhadap saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir

Tujuan :
1. Rekonsiliasi bank menuju saldo / catatan yang benar
2. Rekonsiliasi menuju saldo / catatan menurut perusahaan

Konsep Dasar dan Pengertian Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan


     I.         Konsep dasar dan pengertian harga pokok produk bersama dan produk sampingan

Definisi Biaya Bersama

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun secara masa.

Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula- mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk PENGHITUNGAN LABA agar diketahui kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan

Biaya bersama yang dikeluarkan untuk mengolah Bahan Baku menjadi berbagai
macam produk berupa:

1.     Produk Bersama (Joint product) adalah beberapa produk yang dihasilkan dari suatu rangkaian proses produksi secara  serentak dengan menggunakan BBB, BTK dan BOP yang sama yang tidak dapat dilacak atau dipisahkan pada setiap produk dan mempunyai nilai jual atau kuantitas produk relatif sama
2.     Produk Sampingan (by-product) adalah produk yang nilai jualnya lebih rendah yang diproduksi bersama produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
3.     Produk Sekutu (co-product) adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari BB yang sama. (Sawmill/penggergajian kayu)

Karakteristik Produk Bersama

·      Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
·      Harga jual produk bersama relatif tinggi bila di bandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
·      Dalam mengelola produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.

Ciri Produk Bersama

·      Mempunyai hubungan fisik yang erat, jika ada tambahan kuantitas untuk unit produksi yang lain, maka kuantitas produk yang lain akan bertambah secara proporsional.
·      Nilai produk sama
·      Ada titik pisah/split off masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari BBB, BTK dan BOP yang telah dinikmati bersama-sama.
·      Setelah Split off produk berdiri sendiri mungkin langsung dijual atau diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan

Definisi Produk Sampingan

Produk sampingan adalah suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah, yang di produksi bersama dengan produk lainnya yang nilai jualnya jauh lebih tinggi.

Karakteristik Produk Sampingan
·      Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
·      Produk sampingan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.





Komentar

My Visitors

free counters